Bicara soal terusan atau kanal kapal, di Asia Tenggara sendiri, ada polemik terkait rencana pembangunan Terusan Kra yang sampai saat ini masih timbul tenggelam.
Adalah pemerintah Thailand yang berambisi membangun kanal di daerah Selatan, tepatnya di sebuah celah daratan sempit bernama Genting Kra dekat perbatasan dengan Malaysia. Genting Kra merupakan daratan yang diapit oleh Laut China Selatan dan Laut Andaman. Ide pembuatan terusan ini bahkan sudah ada sejak ratusan tahun lalu, saat Raja Thailand saat itu memerintahkan insinyur Perancis melakukan survei pembangunan kanal. Gagasan menghubungkan Songkhala di Timur dan Nakhon Si Thammarat di Barat mengemuka setelah Ferdinand de Lesseps sukses membangun Terusan Suez di Mesir pada tahun 1869.

Indonesia sangat ingin menjadi tumpuan maritim dunia. Aspirasi ini erat kaitannya dengan kenyataan bahwa Indonesia secara geografis strategis; dikelilingi oleh dua blok benua raksasa dan dua samudra luas. Lautan dan laut di sepanjang nusantara sangat menakjubkan, merupakan banyak jalur pelayaran komersial yang sah baik di tingkat internasional (utara-selatan) dan domestik (timur-barat). Tujuan Indonesia sejak saat itu dipertajam dengan paradigma geopolitik yang dikenal dengan Konsep Nusantara Indonesia.

Kanal ini adalah subjek geopolitik yang sebenarnya dan dianggap sebagai tantangan yang pasti. Mengenai keuntungan dari rute yang efisien, Canal dapat mengusulkan kinerja yang lebih baik dalam hal waktu, keamanan, dan efisiensi anggaran. Daratan Thailand dan Teluknya, Laut Andaman, dan Selat Malaka terletak di antara dua samudra yang luas. Jika agenda itu menjadi nyata, jalur khusus ini diyakini akan menjadi jalur perlintasan vokal industri pelayaran internasional bersama dengan Selat Malaka, terutama di kawasan Asia Tenggara.
Dengan adanya pembangunan proyek Terusan Kra ini akan menimbulkan beberapa dampak bagi negara-negara yang posisinya dekat dengan selat malaka, seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, dan negara anggota Asia Tenggara lainnya, yang mungkin saja mendapatkan dampak negatif maupun dampak positif akibat dari adanya pembangunan proyek Terusan Kra ini. Serta juga turut mempengaruhi dinamika geopolitik di kawasan Asia Tenggara. Meskipun pemerintahan Indonesia belum mengeluarkan tanggapan resmi terkait dengan kebijakan China tersebut, namun jaringan ekonomi dunia tersebut tentunya menawarkan tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia dalam menyikapi kebijakan China dengan cara konstruktif. Hal yang patut di waspadai apabila Terusan Kra ini sukses direalisasikan yang mengakibatkan dunia internasional tidak akan lagi membutuhkan Indonesia. Sehingga, multiplier effect dari pembangunan proyek ini adalah akan berkurangnya kapal kargo yang singgah di Indonesia, yang akhirnya akan menurunkan pendapatan Indonesia. Serta dapat mematikan industri kargo di Indonesia seperti di Tanjung Priuk, Tanjung Perak, Belawan, Makassar, dan lain-lain.

IDE-JETRO membuat skenario, antara lain
Skenario 1 pembangunan Terusan Kra dan Selat Malaka tetap dioperasikan. Pada skenario ini, penggalian terusan antara Songkhla dan Satun diperkirakan selesai pada tahun 2025. Terdapat pelabuhan bongkar-muat barang yang terletak di bagian tengah Terusan. Semua jalur laut melalui Selat Malaka tetap tersedia dan beroperasi seperti sebelumnya. Berdasarkan kombinasi dari asal-tujuan, maka akan dipilih rute yang paling pendek, baik Terusan Kra maupun Selat Malaka, sebagai rute paling optimal untuk menghitung biaya transportasi.
Skenario 2, hanya Terusan Kra yang beroperasi. Pada skenario ini, penggalian terusan antara Songkhla dan Satun diperkirakan selesai pada tahun 2025. Terdapat pelabuhan bongkar muat barang yang terletak di bagian tengah Terusan. Semua jalur laut melalui Selat Malaka ditutup dan berhenti beroperasi, sebagai gantinya akan dibuka jalur pengumpan Terusan Kra dan Singapura.
Skenario 3, terusan Kra dan Zona Ekonomi Khusus (ZEK/SEZ) di wilayah selatan Thailand. Pada skenario ini, penggalian terusan antara Songkhla dan Satun diperkirakan selesai pada tahun 2025. Terdapat pelabuhan bongkar-muat barang yang terletak di bagian tengah Terusan, dengan diperbolehkannya aktivitas ekspor dan impor ke Thailand. Semua jalur laut melalui Selat Malaka tetap tersedia dan beroperasi seperti sebelumnya. Berdasarkan kombinasi dari asal-tujuan, maka akan dipilih rute yang paling pendek, baik Terusan Kra maupun Selat Malaka, sebagai rute paling optimal untuk menghitung biaya transportasi. Zona Ekonomi Khusus atau Special Economic Zones (SEZ) dibuka antara provinsi Insan Harapan Harahap 85 Songkhla dan Satun pada 2025, dengan asumsi masing-masing provinsi mengalami peningkatan produktivitas industri sebesar 10%.
Apa yang harus Indonesia lakukan?
Source
- https://money.kompas.com/read/2021/03/29/113138426/tentang-terusan-kra-ambisi-thailand-yang-mengancam-singapura?page=all
- Alunaza, Hardi. 2020. Dampak Geostrategi China Melalui Pembangunan Thai Kra Canal Terhadap Kebijakan Luar Negeri Indonesia di Asia Tenggara.
- Harahap, Insan H. 2019. DAMPAK PEMBANGUNAN TERUSAN KRA DI THAILAND TERHADAP EKONOMI INDONESIA. Jurnal Program Studi Ilmu Politik Universitas Bakrie.
- Monika, Fika, dkk. 2020. Indonesia’s maritime strategy facing The Kra Isthmus Canal. Jurnal Pendidikan geografi.