

Tahukah kalian ? TNI AL pernah memiliki armada kapal jenis hydrofoil untuk keperluan patroli dan juga berperan sebagai troopship. Kapal ini disebut dengan KRI Bima Samudra-Class yang dipesan langsung dari Boeing Marine Systems. Bermula pada tahun 1981, dimana Indonesia memesan kapal ini sebanyak 47 kapal yang Sebagian pesanannya akan dikerjakan di PT PAL Surabaya. Faktanya, antara tahun 1984 – 1985 Boeing hanya mengirimkan empat kapal dan hanya satu kapal yang dioperasikan dengan perlengkapan militer bernama KRI Bima Samudra I. Proyek pemesanan kapal ini pun terhenti dan pada tahun 2001 KRI Bima Samudra I dinyatakan non-operasional.
Mungkin teman-teman akan bertanya, sebenarnya bagaimana sih kemampuan kapal ini hingga akhirnya TNI Al memutuskan untuk memesan kapal ini ? Dan apa yang menjadi penyebab kapal sehebat ini tidak digunakan lagi ? Mari simak penjelasan berikut.
Pembahasan
Sejatinya kapal hydrofoil ini adalah kapal berkecepatan tinggi yang digunakan untuk transportasi sipil dan dikenal sebagai Boeing 929 Jetfoil. Kapal ini mampu bermanuver sangat gesit dan mampu berputar 360 derajat hanya dalam tempo satu menit dengan kecepatan jelajah mencapai 43 knot (80 km/jam). KRI Bima Samudra sebenarnya adalah kapal hebat dan sangat maju pada masanya. Dalam perannya sebagai troopship, kapal tersebut bisa menyeberangkan 100 pasukan bersenjata lengkap sejauh 1.080 km dengan cepat. Selain itu, kapal berbobot 110 ton ini pun hanya oleng sekitar 5 derajat saat dihantam ombak setinggi 6 meter. Dengan kata lain, dalam posisi ini kapal masih bisa menembakkan senjatanya.

Berikut spesifikasi dari Bima Samudra-Class :
- LOA (foils retracted) : 30,8 m
- LWL with foils extended : 27,4 m
- Beam : 9,5 m
- Hullbourne draft (Foils extended) : 5,2 m
- Hullbourne draft (foils retracted) : 1,7 m
- LWT : 110 Tonnage
- Vs : 43 knot
- Engine : 2x Allison 501-KF Turbine Engines
2x Rocketdyne Pj-20 Waterjet Pumps
- Voyage Distance : 1.080 Km
- Armament : 1x Cannon 40 mm
- Passenger : 100 Troops
Pada dasarnya prinsip kerja dari kapal hydrofoil adalah Ketika kapal hydrofoil mencapai kecepatan tertentu aliran air akan melewati lambung kapal dengan foil foil yang sudah didesain sedemikian rupa sehingga akan menghasilkan gaya angkat keatas akibat dari perbedaan tekanan pada foil-foil kapal tersebut. Gaya angkat tersebut akan mengangkat kapal sehingga lambung kapal hydrofoil tidak akan bergesekan atau bersentuhan langsung dengan permukaan air. Dengan demikian, hambatan gelombang dan hambatan gesek pada kapal dapat diminamlisir sehingga pemakaian energi bisa lebih efisien serta waktu tempu lebih cepat. Selain itu, dengan lambung kapal yang terangkat akan mencegah interaksi langsung antara badan kapal dengan makhluk laut.
Proyek pengadaan kapal Boeing 929 Jetfoil ini menjadi terhenti karena berbagai kendala, baik saat proses produksinya maupun saat ujicoba operasional untuk keperluan patroli rutin. Berikut beberapa kendala yang dialami antara lain :
- Masalah Pembiayaan
Dengan harga dasar 13,7 juta dollar AS per unit maka wajar saja Indonesia mengalami kesulitan dalam melunasi pembayaran produksinya.
- Konstruksi yang Rentan
Dibalik kehebatannya, kapal ini sangatlah rentan terutama di bagian sirip foil alumuniumnya yang mudah sekali rusak atau robek bila tersandung sampah balok atau batang kayu yang mengambang saat berlayar kencang.
- Perawatan Khusus dan Mahal
Untuk perawatan, kapal ini membutuhkan pemeliharaan terjadwal disetiap jam operasi, tidak seperti kapal konvensional yang hanya perlu docking beberapa tahun sekali.
- Kondisi Temperatur Udara yang Berbeda
Mesin gas turbin pada kapal ini kurang bersahabat dengan udara lembab khatulistiwa, sehingga kinerja mesin tidak maksimal sesuai apa yang telah direncanakan serta konsumsi bahan bakar yang boros. Tercatat bahwa untuk bisa menjelajah dengan kecepatan ekonomis bisa mencapai 1.890 liter/jam. Misal nih sebagai contoh, dengan rute Tanjung Priok – Lampung pulang pergi kapal ini bisa menghabiskan 11.500 liter.
Conclusion
Nah, jadi itulah alasan mengapa TNI AL menghentikan proyek kapal Boeing 929 Jetfoil ini. Hingga saat ini, TNI AL belum lagi menggunakan kapal sejenis hydrofoil atau jetfoil dan dikabarkan bahwa KRI Bima Samudra I yang telah pensiun itu telah dijual ke Kawasaki Heavy Industries untuk pengembangan dan diambil lisensinya dari Boeing untuk membuat kapal sejenis. Bagaimana teman-teman ? tertarik untuk mengembangkan kapal hydrofoil yang lebih reliable dan ergonomis ? Kami tunggu karya-karya kalian yaa tentang inovasi perkapalan!
Source :
[1] https://www.airspace-review.com/
[2] https://www.indomiliter.com/